Pages

Sabtu, 02 Februari 2013

Shalat Subuh di Mata Salafusshalih






Semua yang telah kita bicarakan mulai dari keutamaan hingga kelebihan shalat Fajar-khususnya shalat Subuh berjamaah-telah dipahami dan dilaksanakan oleh orang-orang shalih. Mereka tidak menyia-nyiakan, bahkan tak seorang pun berkeinginan untuk meninggalkannya.

Diriwayatkan Imam Malik r.a. dalam Al Muwaththa’ bahwa pada suatu Subuh, Umar bin Al Khaththab r.a. tidak mendapati Sulaiman bin Hatsmah r.a. Sehari saja! Paginya Umar bin Khaththab pergi ke pasar, sementara rumah Sulaiman r.a. terletak antara pasar dan Masjid Nabawi.
Umar bertemu dengan Asy Syifa’, ibunda Sulaiman r.a. Ia pun bertanya kepadanya,”Saya tidak melihat Sulaiman tadi pada saat shalat Subuh?” Lalu ia menjawab,”Dia shalat malam lalu ia tertidur pada pagi harinya.” Lalu Umar berkata,”Sungguh, ikut serta dalam shalat Subuh berjamaah itu lebih baik bagi saya dari pada shalat malam.”

Pengangkatan Umar bin Khaththab r.a. menjadi Amirul Mukminin setelah Abu Bakar Ash Shiddiq r.a., juga terjadi setelah shalat Subuh di Masjid Nabawi. Abu Bakar meninggal sore hari dan dimakamkan di waktu yang sama. Besok harinya, setelah shalat Subuh, Umar dilantik menjadi khalifah.

Ini artinya, pembesar-pembesar agama, pejabat pemerintahan, para menterinya dan Ahlul Halli wal ‘Aqdi, dan orang-orang yang berperan dalam pengambilan keputusan penting, melaksanakan shalat Subuh berjamaah.

Mereka menjadikan waktu Subuh sebagai waktu untuk menentukan keputusan-keputusan yang sangat penting. Tentunya, keputusan-keputusan mereka begitu pas dan bijaksana. Keputusan mereka ditetapkan di rumah Allah, setelah shalat Subuh, pada saat yang diberkahi, dan ditetapkan oleh orang-orang yang sedang berwudhu. Lalu bagaimana mungkin keputusan yang keluar tidak tepat?

Dari sini, kita ketahui bagaimana cara para sahabat memperoleh kemenangan.

Al Musawar bin Mukhramah r.a. menceritakan bahwa ia menjumpai Umar bin Khaththab r.a. pada malam tertikamnya. Ia membangunkannya untuk shalat Subuh. Pada saat itu Umar sebagai pemimpin Negara, sementara kondisinya luka parah dan kritis sekali.

Namun shalat Subuh tidak ditunda.

Apa jawaban Umar bin Al Khaththab pada saat dibangunkan Al Musawar bin Mukhramah r.a.? Dia berkata,”Ya, tidak akan mendapatkan keuntungan sedikitpun dalam Islam bagi orang yang meninggalkan shalat.” Padahal, waktu itu darah segar masih mengalir dari lukanya (HR. Malik Al Muwaththa’)

Karenanya, Abdullah bin Umar r.a. berkata,”Apabila ada seseorang yang tidak ikut berjamaah shalat Subuh, hal ini dapat membuat kita beprasangka buruk padanya. Bisa jadi ada yang menimpa pada diri atau agamanya!”

Abdullah bin Umar telah dididik di rumah Umar bin Al Khaththab.

Khalid bin Al Walid r.a. tidak memulai perang kecuali setelah shalat Subuh.

Seorang pemimpin Daulah Al Murabithun (di Maroko-ed.), sekaligus salah seorang panglima perang muslim, Yusuf bin Tasyifin r.a., tidak memulai Perang Zilaqah yang terkenal itu, kecuali selesai shalat Subuh bersama bala tentaranya.

Quthuz r.a. juga memulai Perang ‘Ainun Jaluth melawan Pasukan Tartar, langsung setelah shalat Subuh.

Hal ini menjadi pedoman yang sangat jelas di benak seluruh pemimpin muslim yang berhasil.

Anas bin Malik r.a. selalu menangis manakala ia mengingat penaklukan Tastar. Tastar adalah satu kota benteng di Persia yang dikepung kaum muslimin genap satu tahun setengah, hingga akhirnya ditaklukan kaum muslimin, dan tercapailah kemenangan yang besar. Peperangan ini tergolong peperangan yang sangat berat yang dirasakan kaum muslimin. Mengapa Anas bin Malik r.a. menangis?

Benteng Tastar baru bisa diterobos menjelang shalat Fajar. Pasukan Islam menerobos masuk benteng, kemudian terjadilah peperangan sengit antara 30.000 pasukan muslimin dengan 150.000 pasukan Persia. Peperangan berlangsung sangat sengit. Pasukan muslimin sempat terdesak. Suasana sangat genting, kritis, dan sangat berbahaya.

Akhirnya-dengan karunia Allah-kaum muslimin menang. Mereka menang gemilang atas musuh, kemenangan yang tercapai beberapa saat setelah terbit matahari. Saat itu, kaum muslimin baru menyadari di hari yang sangat menakutkan itu, ternyata shalat Subuh sudah lewat!

Dalam kondisi begitu rawan, dentingan suara pedang mengintai batang leher, membuat kaum muslimin tidak sanggup melaksanakan shalat Subuh pada waktunya. Anas r.a. pun menangis karena pernah tertinggal shalat Subuh, meski hanya sekali sepanjang hidupnya. Dia menangis, kendati dimaafkan. Pasuka muslimin yang sibuk berperang itu juga dimaafkan. Mereka sibuk dengan jihad-yang merupakan puncak Islam, namun yang mereka tinggalkan merupakan sesuatu yang sangat berharga!

Dari sini kita tahu rahasia kemenangan mereka.

“Jika kamu menolong (agama) Allah, maka ia pasti akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” QS. Muhammad : 7

Jika ini merupakan salah satu penyebab datangnya kemenangan, maka bagaimana mungkin Allah akan menolong suatu kaum yang melalaikan kewajiban shalat Subuh? Demi Allah, ini tidak mungkin terjadi.

Duhai, seandainya bala tentara itu seperti Anas r.a., yang selalu mengoreksi dirinya dalam setiap waktu shalat. Pasti mereka akan mendapatkan kemenangan.

“Sungguh Allah akan menolong orang yang menolong agamanya, sesungguhnya Allah Maha Kuat dan Maha Perkasa.” QS. Al Hajj : 40

Sumber : Misteri Shalat Subuh (hal. 95-100), Dr. Raghib As Sirjani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar